BIOGRAFI

Foto saya
Indonesia
guE TeRlAHiR DARi kElUarGA yG SyRt deNGn KesEDeRhanNAAn, Pd hr SABtU PAHiNg,tgL 22 nOv1980.tepatNya Di DeSA paTiHAN karANGrEjO mgt. prinSiP HiDuP gUE to GA sUKA nEkO2, hIdUp iNi kEras DAN PeNuH pErJuanGAN.SeBeSAR aPapuN RinTANGAN dan KeRaSNYA kEhIdUpan KiTA HAruS TeTAP meNjALani... KARENA kEhIdUpan InI TeTAP BeRjalan DAN KiTA haruS mElaluiNya.DAN GuE PnYA kata2 Yg BiKiN gUe tEtap mEnjaliNi kEhIdUpan InI DEnGAN SAbAR DAN tEGAR sElama InI.DAn jadI InSpIraSi bUAT aq : " JiKA hATiMu BeRgEtar mRAh mElihat kEtIDAKADiLan maka eNgKoU adaLaH TeMAnKu" " OjO RuMoNgSo BiSo ANAnGiNg BiSo'O rUmONGsO" "sEpIrO gEdEnE sANgSoRo YeN tInOmPo AMUNg DADi CoBo " " SuRoDiRo JoYo dInInGrat LeBuR dEnInG panGAStUtI " "MANUSIA BISA DIMUSNAHKAN,MANUSIA BISA DIHANCURKAN,TETAPI MANUASIA TIDAK BISA DIMATIKAN SELAMA MANUSIA ITU TETAP SETIA HATI PADA DIRINYA SENDIRI" " ParInGoNo TOngkat maranG wOnG kang WuTo,PARINGoNo SANDANG mRANg WoNg KANg muDo,pariNgOnO papaN MARANg wOnG kang KuDANAN" OKE gUy SALAM kEnal darI (FARA tEpLoKnEt)

Rabu, 05 Desember 2007

Surat Kepada Orang Tuanya


Surat Kepada Orang Tuanya

Che Guevara (1965)


Rakyat tua tercinta:

Sekali lagi aku merasai di bawah tumitku tulang-tulang rusuk Rocinante.(1) Sekali lagi, aku turun ke jalan dengan pedang dan perisai di tanganku. Hampir sepuluh tahun yang lalu, aku menulis surat perpisahan yang lain padamu. Seingatku, aku tak perduli lagi tidak menjadi serdadu yang baik dan menjadi dokter yang baik. Menjadi dokter tidak lagi menarik bagiku; aku bukanlah serdadu yang buruk.

Tak ada yang berubah pada esensinya, terkecuali bahwa aku jauh lebih sadar. Marxisme-ku telah mengakar dan menjadi lebih murni. Aku yakin bahwa perjuangan bersenjata sebagai satu-satunya pemecahan bagi rakyat yang berjuang demi membebaskan dirinya, dan aku setia dengan keyakinanku ini. Banyak orang menyebutku sebagai seorang petualang, dan itulah aku --hanya satu hal bedanya: seseorang yang mengorbankan kulit luarnya untuk membuktikan kebenaran di dalamnya.

Mungkin saja ini kali yang terakhir. Aku tak memintanya, namun tentulah itu berada di dalam kenyataan kemungkinan logisnya. Seandainya harus demikian, terimalah peluk kasihku yang terakhir kali. Aku amat menyayangimu, hanya saja aku tak tahu bagaimana menyatakan cinta kasihku ini. Aku sangat kaku dalam tindakanku, dan aku berpikir bahwa kadang-kadang kau tidak akan memahamiku. Adalah tidak mudah untuk memahamiku. Meski begitu. kumohon saat ini percayalah padaku.

Saatnya sekarang sebuah ketekunan yang telah aku poles dengan sebuah keriangan seniman akan menopang kaki-kaki yang gemetaran dan paru-paru yang letih ini. Aku akan melaksanakannya.

Berikan restumu sekali lagi kepada serdadu kecil abad ke dua puluh ini.

Cium mesra untuk Celia, Roberto, Juan Martin dan Patotin, Beatriz, kepada semuanya. Untuk kalian, peluk erat dari anakmu yang keras kepala dan handel ini,

Ernesto

(fara teploknet)

Tidak ada komentar: